Boepati Tjianjoer 1901
Bupati ini pasti seorang ningrat tinggi tapi namanya tidak diketahui siapa. Bupati (dari bahasa Sansekerta: bhûpati, "raja dunia") adalah kepala daerah untuk daerah kabupaten. Beliau pakai topi “kuluk” yang merupakan tanda pejabat tinggi. Sebagai seorang keturunan raja beliau pakai sarung dengan motif parang. Di dalam sarung beliau pakai celana berbahan sutra khas Gujarat (India) yang sangat mahal. Sepatunya gaya arab merupakan tanda agama Islam. Kancingnya tidak bisa tutup karena si bupati terlalu gemuk. Rombongannya terdiri dari tiga pria remaja pembawa senjata. Bupati ini pasti seorang ningrat tinggi tapi namanya tidak diketahui siapa. Bupati (dari bahasa Sansekerta: bhûpati, "raja dunia") adalah kepala daerah untuk daerah kabupaten. Beliau pakai topi “kuluk” yang merupakan tanda pejabat tinggi. Sebagai seorang keturunan raja beliau pakai sarung dengan motif parang. Di dalam sarung beliau pakai celana berbahan sutra khas Gujarat (India) yang sangat mahal. Sepatunya gaya arab merupakan tanda agama Islam. Kancingnya tidak bisa tutup karena si bupati terlalu gemuk. Rombongannya terdiri dari tiga pria remaja pembawa senjata.
Boepati Tjianjoer 1901
Pangeran Raden Adipati Aria Prawiradiredja II memerintah Kebupaten
Cianjur pada jaman 1861-1910. Istrinya Raden Ayu mempunyai rasa seni yang amat peka. Beliau mengerjakan seni batik dan seni tenun dengan sangat tekun. RAAP II punya 5 anak perempuan dan 1 laki-laki. Putra tersebut yang duduk paling kanan bernama Pangeran Aria Adipati Wiranatakusumah. Beliau menjadi bupati Cianjur pada jaman 1912-1920. Waktu foto ini dibuat, putri kesayangannya yang berdiri di belakang meja kanan baru menikah dengan cowok yang berdiri di sebelahnya. Menantu lain berdiri di belakang meja kiri.
Keluarga Sunda 1914
Kartupos diterbitkan oleh Tio Tek Hong ini dalam bahasa Belanda berjudul: “Groet uit de Preanger (Java) Soendaneesch huisgezin”. Bahasa Indonesianya: “Salam dari Priangan (Jawa) Keluarga Sunda”. Kartupos diambil dari foto yang dibuat di studio. Semuanya berpose untuk fotografer secara simetris. Potret memperlihatkan seorang ibu dengan 4 orang anaknya yaitu: 1 putra dan 3 putri. Selain itu juga terlihat seorang adik perempuannya dan seorang menantu laki-laki. Tentu saja keluarga ini adalah keluarga berada tetapi sayangnya keluarga ini tidak lengkap lagi. Kemungkinan suami dari ibunda tersayang sudah meninggal dunia.
Ibu dari keluarga ini duduk di posisi tengah diatas bangku. Karena kaki dari ibu tersebut tidak cukup panjang untuk menyentuh lantai maka dari itu dibawah kakinya ditaruh bantal. Ibu memakai sarung kebaya dan sepatu. Selain itu dia juga pakai perhiasan seperti gelang dan anting-anting. Di baris depan ada kedua anaknya yang paling muda. Si putra yang duduk bersila memakai sarung dan kemeja berkerah tinggi dan 2 kantong dada. Si putri yang duduk di bantal di sebelah kaki ibu memakai sarung kebaya bermotif bunga. Perhiasan yang dipakai dia adalah cincin, dua gelang dan anting-anting. Di baris paling belakang kita dapat melihat putri kedua. Dia memegang kipas dan bunga sebagai penghias rambut. Disebelahnya berdiri menantu laki-laki yang bertelinga kelelawar. Menurut orang Jawa orang yang mempunyai “kuping lowo” panjang umur. Dia memakai ikat kepala, sarung, kemeja berkerah tinggi. Di salah satu dari 2 kantongnya ditaruh hiasan “pochette” yaitu lipatan saputangan gaya Eropa yang mencuat di saku dada. Perutnya agak gendut maka dari itu kancingnya tidak bisa ditutup semua. Mereka semuanya berekspresi serius sekali kecuali si menantu yang lumayan santai. Istrinya adalah putri tertua yang duduk di sebelah kiri ibunya. Putri ini memegang tas tangan yang keren. Kebaya ditutupi dengan bros dan dihiasi dengan bunga. Dia juga pakai hiasan kalung, gelang dan anting-anting
7 Oktober 2012 pukul 14.22
wow masih banyak pohon ya
15 Mei 2013 pukul 10.10
Foto "Salah sudut kota Cianjur setelah agresi militer Belanda ke 1 sekitar tahun 1947", asa-asa di kota Sukabumi. Hampunten upami lepat.
10 Februari 2014 pukul 22.04
sekedar info kalo ga salah banyak koleksi foto indonesia dapat dilihat dan ditambahkan disini dari koleksi tropen museum belanda
18 Februari 2014 pukul 21.58
Sae pisan foto2 kapungkur.. Kota Cianjur jaman baheula.. Waas abdi mah.. Aduh eta istana presiden sareng kebon raya Cibodas.. Janten sono uwih ka Cipanas..
22 Juli 2014 pukul 09.17
kangen kota cipanas cianjur jaman dulu heuheheu
izin save sama share ya buat pengetahuan warga cianjur hehhe
5 November 2014 pukul 16.39
Mantap . . . Teraskeun blog na Juragan . . .
25 Desember 2014 pukul 14.51
Sae posting na, izin minta fotonya ya, hehe
21 Juni 2015 pukul 22.07
Alhamdulillah. Banyak pengetahuan baru. Teraskn blog na
23 Januari 2017 pukul 02.51
Osok sedih inget jaman bahela the :( hoyong gera uwih ka gekbrong w
19 Agustus 2017 pukul 00.46
Jadi sebelum sekrg ciranjang itu emg ada terminal ya (cisokan) ada kisahnya toh,,sampe sekrg sukabumi jadi kota madya sekrg berarti dulu ada cerita pernah jadi tanah tjiandjoer juga!!!
24 Juni 2020 pukul 16.19
Sae pisan janten teu hilap kana sejarah
Posting Komentar